REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Sampah yang tertahan di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, dilaporkan masih ribuan ton. Sementara pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat, belum normal.
Kota Bandung masih dalam masa darurat sampah imbas kebakaran di TPA Sarimukti. Zona darurat dibuka di TPA Sarimukti untuk menampung sampah dari empat daerah di Bandung Raya, termasuk Kota Bandung, dengan kuota terbatas.
Sekretaris Daerah Kota Bandung, yang menjadi Ketua Harian Satgas Penanganan Darurat Sampah, Ema Sumarna, mengatakan, berdasarkan data hingga 12 Oktober 2023, masih ada sekitar 29 ribu yang tertahan di Kota Bandung. Dibutuhkan sekitar 7.049 ritase untuk pengangkutan sampah dengan volume tersebut.
Menurut Ema, jika dalam sehari 200 rit, pengangkutan sampah yang tertahan itu bisa sampai sekitar 35 hari. Belum lagi tambahan tonase sampah harian yang bisa mencapai 1.500 ton per hari.
Sementara sisa kuota ritase pengangkutan sampah Kota Bandung, yang sebelumnya ditentukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dilaporkan tersisa 127 ritase. “Makanya, kita minta tambahan kuota ritase ke Sarimukti supaya sampah ini segera teratasi,” kata Ema, Jumat (13/10/2023).
Untuk mengurangi volume sampah yang diangkut ke TPA, Pemkot Bandung terus mendorong upaya pemilahan dan pengolahan sampah. Menurut Ema, dari hasil rekapitulasi pengukuran penimbangan sampah, jumlah sampah organik yang terkumpul sekitar 2,5 ton. Sedangkan jumlah sampah daur ulang 2,3 ton dan jumlah sampah residu sebanyak 1,9 ton.
Upaya pemilahan dan pengolahan sampah diharapkan bisa dimasifkan. Soal ini, salah satu yang menjadi sorotan tempat penampungan sementara (TPS) sekitar pasar. Ema menilai, ada kendala dalam penerapan pemilahan sampah di pasar. Selain itu, banyak warga juga yang membuang sampah ke TPS sekitar pasar tanpa pemilahan terlebih dahulu. “Kita juga perlu reduksi perilaku masyarakat yang buang sampah di jalan,” kata dia.