REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pedagang Pasar Baru Trade Center Kota Bandung mengeluhkan kondisi pengunjung yang makin berkurang dan sepi di pasar termasuk saat akhir pekan. Mereka berharap terdapat kebijakan yang mendorong agar Pasar Baru kembali ramai dikunjungi pengunjung domestik dan luar negeri.
Selain itu, mereka pun mengeluhkan adanya calo wisatawan. Mereka menyebut calo-calo tersebut membawa wisatawan ke toko-toko tertentu dengan mendapatkan imbalan dari pemilik toko tersebut. Mereka menilai hal itu menimbulkan kecemburuan antar para pedagang. Oleh karena itu, mereka meminta pengelola untuk menertibkan hal tersebut.
"Fenomena ini (sepi) sebenarnya tidak hanya terjadi di Pasar Baru saja tapi juga di pasar-pasar lain. Ini berkaitan dengan daya beli masyarakat yang memang sedang menurun," ujar Ketua Forum Komunikasi Pedagang Pasar Baru Trade Center Kurnia saat ditemui belum lama ini.
Kurnia mengatakan, pedagang mulai terpukul karena sepi pengunjung sejak masa pandemi Covid-19 hingga saat ini belum terdapat pemulihan yang signifikan. Selain itu, terdapat masalah lain yang membuat pasar sepi mulai dari adanya e-commerce dan bandara Husein Sastranegara yang ditutup.
"Sekarang sudah berbeda. Dulu tidak seperti ini tapi sejak pasca Covid-19, kami mengalami penurunan yang luar biasa. Ditambah lagi, sampai sekarang belum ada pemulihan yang signifikan, terutama di sektor riil seperti di Pasar Baru ini," kata dia.
Kurnia melanjutkan e-Commerce pun memberikan dampak signifikan kepada pedagang di pasar yang membuat sepi pengunjung. Selain itu, barang-barang yang dijual online lebih rendah dibandingkan offline sehingga terjadi persaingan tidak sehat.
"Dampaknya besar sekali bagi kami para pelaku usaha yang berjualan secara offline. Persaingan jadi tidak sehat. Barang-barang yang dijual online itu harganya kadang sudah tidak masuk akal, sulit bagi kami untuk bisa bersaing," kata dia.
Kurnia menilai, pemerintah harus turun tangan mengatur aturan terkait hal itu dan berpihak kepada para pedagang. Namun, maraknya penjualan online yang tidak diatur secara ketat, membuat pedagang makin terpuruk. "Bahkan banyak pedagang yang sampai tutup. Di Pasar Baru saja, dari sekitar 4.000 pedagang, sekarang tinggal sekitar 2.000-an," katanya.
Ia pun menyebut permasalahan pasar sepi harus dipikirkan pemerintah karena membuat ekonomi masyarakat anjlok dan berdampak kepada perputaran ekonomi terhambat. Kurnia mengatakan penurunan pengunjung domestik ke Pasar Baru mencapai 70 persen.
"Padahal dulu, Pasar Baru ini cukup ramai dikunjungi pembeli dari berbagai daerah seperti dari Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Sekarang, jumlah pengunjung dari wilayah-wilayah tersebut juga jauh menurun," kata dia.
Ia mengatakan pasar luar negeri seperti dari Malaysia dan Brunei masih ada, akan tetapi jumlahnya tidak sebanyak dulu. Penutupan bandara pun menjadi masalah. "Bandara menjadi masalah bagi kami para pelaku usaha. Wisatawan dari Malaysia, misalnya, sekarang merasa terlalu jauh kalau harus ke Kertajati atau ke pusat kota," kata dia.