Kamis 21 Aug 2025 15:53 WIB

Pengendara Nyaris jadi Korban Begal di Tanjakan Emen Usai Warung Ditertibkan Dedi Mulyadi

Sebelum penertiban bangunan, para pemilik kios biasanya melaporkan setiap kejadian

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Suasana Malam di Jalan Raya Subang-Bandung atau Tangkuban Parahu, Kabupaten Subang Usai Kios atau Warung Dibongkar Pemprov Jawa Barat.
Foto: Ferry Bangkit
Suasana Malam di Jalan Raya Subang-Bandung atau Tangkuban Parahu, Kabupaten Subang Usai Kios atau Warung Dibongkar Pemprov Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Kawasan Jalan Raya Subang-Bandung dari Tangkuban Parahu-Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat (Jabar) menjadi lebih tertata usai ratusan warung atau kios dibongkar Pemprov Jabar atas intruksi Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi.

Namun, kondisi itu memunculkan persoalan baru. Kawasan wisata yang didominasi kebun teh itu menjadi sunyi dan senyap, tidak ada lagi kerlap-kerlip sorot lampu dari warung. Kondisi itu menjadikan Jalan Raya Subang-Bandung lebih seram dan rawan kriminal.

Baca Juga

Seperti yang baru-baru ini dialami seorang pengendara sepeda motor pada Selasa (19/8/2025) yang mengalami korban pembegalan di sekitar Tanjakan Emen. Berdasarkan keterangan langsung dari korban yang diterima pihak desa setempat, saat itu korban sedang dalam perjalanan pulang dari Kampung Nagrog Desa Palasari menuju Cikole.

"Kejadiannya pukul 19.00 WIB. Korban dipepet dua motor, empat orang. Diperkirakan pelaku membawa senjata tajam karena korban mengalami luka pada tangan kiri," ujar Kepala Desa Ciater, Iwan Setiawan, Kamis (22/8/2025).

Beruntung korban selamat usai melakukan perlawanan dan berteriak meminta tolong kepada pengendara yang melintas sehingga komplotan pelaku langsung kabur. Iwan menyebut, tidak ada barang berharga yang dibawa pelaku. "Kami bertemu korban saat berpatroli, langsung meminta klarifikasi kemudian disarankan agar laporan ke Polsek," kata Iwan.

Mencegah kejadian serupa, pihaknya menggencarkan patroli malam di sepanjang Jalan Raya Tangkuban Parahu-Ciater dengan menyisir titik rawan tindak kejahatan jalanan dan minim penerangan. Patroli ini, mengerahkan 25 anggota Destana menggunakan kendaraan inventaris BPBD Subang serta sepeda motor. Untuk operasionalnya sendiri berasal dari urunan anggota.

"Patroli jalan raya sepanjang 7 kilometer, untuk kebutuhan bensin sehari Rp100 ribu. Alhamdulillah relawan dengan sukarela enggak dibayar," katanya.

Menurutnya, kejadian paling menonjol di sepanjang Jalan Raya Tangkuban Parahu-Ciater yaitu kecelakaan lalu lintas. Sebelum penertiban bangunan, para pemilik kios biasanya melaporkan setiap kejadian kepada pihak desa atau relawan.

"Dulu juga sebelum berdiri kios-kios, jalan raya sudah rawan kecelakaan dan kejahatan. Nah pasca pembongkaran, patroli makin diintensifkan karena kita sulit menerima laporan yang masuk, soalnya kan pedagang di sana sudah enggak ada," katanya.

Tidak ada lagi terang dari ratusan warung yang biasa menjajakan makanan sederhana seperti jagung bakar, ulen bakar, sate, mie instan dan menu lainnya dari mulai kawasan Tangkuban Parahu hingga Ciater.

Sebelumnya, Wisnu Pradana (34) mengaku kondisi Jalan Raya Subang-Bandung dari Tangkuban Parahu ke Ciater menjadi lebih seran. Sebab, warung-warung yang jadi 'juru selamat' untuk mengikis rasa takut sudah diratakan dengan tanah.

"Kalau buat saya pas ada warung sebetulnya sangat bermanfaat. Kalau sekarang mah lumayan serem, takut begal dan sebagainya," kata Wisnu.

Ia mengaku jika melakukan perjalanan ke arah Subang, warung di sepanjang Jalan Raya Subang-Bandung menjadi tempat favorit untuk disinggahi. Sebab di sana Wisnu bisa makan sambil menikmati pemandangan.

"Kalau lewat sini pasti mampir dulu jajan di warung mau malam atau siang. Biasanya makan mie instan atau ulen sambil nikmati udara yang sejuk," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement