REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Sebanyak 25 rumah warga di Kampung Guha Mulya dan Cibarengkok Jaya, Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat rusak parah usai diterjang banjir bandang pada Sabtu (15/3) sore.
Warga yang terdampak pun terpaksa harus mengungsi ke kerabatnya karena rumah mereka tidak bisa ditinggali usah terendam banjir dengan ketinggia 2-3 meter. Selain rumah, banjir juga merusak jembatan. Banjir diketahui berasal dari luapan Sungai Cimeta.
"Update terakhir, total rumah rusak itu ada 25 unit, 1 sekolah terendam, dan 4 jembatan rusak. 144 jiwa terdampak hingga harus mengungsi," kata Sekretaris Desa Nyalindung, Asep Hidayat di lokasi, Ahad (16/3).
Asep mengatakan rumah yang rusak itu rata-rata berada di bantaran sungai. Tak pelak kerusakan parah, mulai dari tembok jebol hingga ada rumah yang ambruk sepenuhnya. Selain merusak rumah, banjir juga membuat barang-barang warga seperti perabotan, peralatan elektronik, kursi, pakaian dan surat-surat juga terendam banjir.
"Kalau perabotan rumah dan barang lainnya kemungkinan banyak yang hanyut, soalnya airnya deras. Rumah-rumah itu sebetulnya ada yang baru diperbaiki oleh anggaran dari Disperkim KBB dan oleh pribadi juga karena banjir tahun lalu," kata Asep.
Banjir yang menerjang pada bulan Ramadhan tahun ini, kata Asep, merupakan banjir terparah yang pernah terjadi. Ketinggian air mencapai 2 meter sehingga merendam rumah warga.
"Ini yang terparah, karena tahun lalu enggak sampai seperti ini. Selain rumah kan ada jembatan yang rusak, kita ajukan untuk segera diperbaiki karena ini akses warga, sekarang cuma bisa jalan kaki, untuk motor belum bisa lewat," kata Asep.
Asep mengatakan, pihaknya mengajukan agar rumah-rumah warga di bantaran sungai tersebut untuk direlokasi. Sebab potensi banjir bandar serupa bakal terus mengintai. Pemdes Saguling sudah menyiapkan lahan. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemkab Bandung Barat.
"Kami minta warga berpikir ulang, kalau di sini bisa kebanjiran lagi. Jadi kami juga minta solusi terbaik ke pemda supaya warga kami aman. Kami punya tanah desa, tapi kesepakatan warga mau atau enggak direlokasi. Mungkin nanti akan dibahas supaya dikaji soal kemungkinan relokasi," kata Asep.